Suaraposkodualima

Sabtu, 23 Oktober 2021

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Lakukan Penyuluhan Pencegahan Stunting.

Gambar Kiri : Dekan FK UWKS, Prof Dr dr Suhartati MS,
Surabaya, suaraposkodualima - Sebagai upaya menjaga gizi balita dan mencegah serta menangani stunting, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), melakukan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat di Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.

Stunting merupakan salah satu penyebab tinggi badan pada anak terhambat sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Ada beberapa penyebab yang bisa menghambat kasus tumbuh kembang anak, demikian disampaikan Dekan FK UWKS, Prof Dr dr Suhartati MS, pada Jumat (22/10/21)

Menurutnya, stunting diwilayah Timur, kebanyakan dipicu oleh cacing dan malaria. Sedangkan di wilayah perkotaan, yang banyak justru diakibatkan oleh ketidakpahaman para ibu tentang pentingnya air susu ibu (ASI) untuk para bayinya. Maka sangat penting untuk memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat.

"Kami sudah melakukan penyuluhan, edukasi dan pelatihan untuk mendeteksi dini kasus stunting di kelurahan tersebut, dan kami memang menjadi salah satu dari 8 fakultas kedokteran di Surabaya yang ikut turun tangan membantu mengatasi problematika stunting di kota ini", ujarnya.

Semestinya yang ideal, bayi diberi susu ibunya selama 6 bulan sejak dailahirkan. Tapi faktanya, justru banyak yang sudah diberikan susu formula dan makanan seperti nasi, hal itu dikarenakan ketidaktahuan mereka. FK UWKS juga ikut membantu menangani resiko kelainan psikis dengan melibatkan para spesialis jiwa, jelasnya.

Prof Dr dr Suhartati MS (tengah), dan Dr dr Ayling Sanjaya M Kes SpA (kiri).
Ditemui di tempat yang sama, Dr dr Ayling Sanjaya M Kes SpA, salah satu anggota tim FK UWKS menjelaskan, di Kelurahan Kalirungkut 700 balita. Dari data yang berhasil dikumpulkan, tidak semuanya tumbuh normal, karena ada beberapa yang bertubuh pendek dan ada yang sangat pendek. 

"Pemicunya karena faktor pola asuh ibunya yang berlatar belakang pekerja dan berstatus pekerja musiman," ujar dosen bagian ilmu kesehatan anak di FK UWKS tersebut.

FK UWKS mengerahkan tim inti sebanyak 40 orang dari berbagai latar belakang keahlian untuk terjun langsung ke Kalirungkut. Tapi sayangnya kendala pandemi Covid-19 yang terjadi dalam dua tahun terakhir, menjadikan mereka harus membatasi pertemuan tatap muka dengan warga Kalirungkut.

Dengan dukungan Camat, Lurah dan semua ibu posyandu, ibu hamil, balita stunting dan remaja putri di Kelurahan setempat, ia memastikan respon para kader di kelurahan itu sangat bagus, mereka misalnya ikut mendukung program pengukuran tingi badan anak-anak balita yang dilakukan secara teratur. 

"Kami menjadi lebih bersemangat untuk memberi pelatihan deteksi dini pertumbuhan anak, karena mereka juga sangat antusias ketika diberi tugas untuk melakukan pengukuran tinggi badan", tambahnya. (Red/khauripan)